Ekonom Bank Permata Prediksi BI Pertahankan Suku Bunga 5% di RDG September 2025

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Prediksi BI Menjaga Suku Bunga Kebijakan di Tengah Perubahan Kabinet

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memberikan prediksi terkait kebijakan suku bunga yang akan diambil oleh Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2025. Ia memperkirakan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga kebijakan (BI Rate) di level 5,00%. Prediksi ini didasarkan pada berbagai faktor eksternal dan internal yang memengaruhi stabilitas perekonomian Indonesia.

Menurut Josua, meskipun The Federal Reserve (The Fed) memiliki ruang cukup lebar untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) dalam pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) bulan September 2025 akibat pelemahan pasar tenaga kerja Amerika Serikat, BI cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan stabilitas rupiah dan situasi domestik.

Salah satu alasan utama BI mempertahankan suku bunga adalah karena adanya pertimbangan terhadap stabilitas mata uang rupiah. Pasca demonstrasi besar-besaran di tingkat nasional pada akhir Agustus 2025 serta reshuffle kabinet yang menggantikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa, membuat suasana politik dan ekonomi menjadi lebih dinamis.

Josua menjelaskan bahwa di bawah kepemimpinan Purbaya, arah kebijakan fiskal Indonesia diperkirakan tetap menekankan disiplin fiskal seperti yang dilakukan saat Sri Mulyani masih menjabat. Namun, ada penekanan yang lebih kuat pada kebijakan fiskal yang pro-pertumbuhan dibandingkan sekadar menjaga stabilitas. Hal ini bisa menjadi indikasi pergeseran kebijakan yang lebih fleksibel namun tetap bertanggung jawab.

Perubahan ini juga berdampak pada persepsi investor global terhadap perekonomian Indonesia. Investor cenderung lebih hati-hati dan memilih menunggu untuk menilai lebih lanjut arah kebijakan fiskal pemerintah. Akibatnya, arus modal asing yang masuk ke Indonesia menjadi terbatas, sehingga memberi tekanan tambahan pada nilai tukar rupiah.

Dalam konteks ini, Josua menilai bahwa BI akan bersikap lebih sabar dalam RDG September 2025. Meskipun ruang untuk pemangkasan suku bunga kebijakan masih relatif terbuka lebar, BI mungkin memilih untuk menahan diri guna memastikan stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Keputusan ini akan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi pasar keuangan, perkembangan inflasi, serta respons terhadap perubahan kebijakan fiskal.

Selain itu, pengaruh dari kebijakan moneter global juga menjadi pertimbangan penting. Ketika The Fed memangkas suku bunga, BI harus memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak mengganggu stabilitas makroekonomi dalam negeri. Dengan demikian, BI perlu menyeimbangkan antara kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga keseimbangan antara kebijakan moneter dan fiskal.

Tidak hanya itu, kebijakan BI juga akan dipengaruhi oleh dinamika pasar uang dan pergerakan inflasi. Jika inflasi tetap stabil dan tidak menunjukkan tren peningkatan yang signifikan, maka kemungkinan besar BI akan mempertahankan suku bunga di level saat ini. Namun, jika ada indikasi adanya tekanan inflasi yang meningkat, BI mungkin akan mempertimbangkan kembali kebijakan suku bunganya.

Secara keseluruhan, prediksi Josua menunjukkan bahwa BI akan mengambil pendekatan yang lebih hati-hati dalam menghadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks. Dengan situasi yang dinamis dan perubahan kebijakan fiskal yang sedang berlangsung, BI perlu memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil dapat mendukung stabilitas ekonomi jangka panjang.